JAMBI – Sekilas, Barra Bahy Dinatra, Bocah cilik berusia delapan tahun, yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Islam Terpadu An-Nahl, terlihat biasa saja. Namun ternyata ada hal luar biasa yang dimilikinya. Dia ternyata pemegang Sabuk Merah Strip Hitam di Bela Diri Taekwondo dan berlatih di Kuju Taekwondo Academy (KTA) Kota Jambi.
Bukan itu saja, putra bungsu dari Dokter Budi Justicia dan Dr Nasta Trilaksmi ini, ternyata telah mengantongi sederet gelar juara pada beberapa kejuaraan Taekwondo, tidak hanya di tingkat Provinsi, namun juga tingkat nasional dan Internasional.
Sepanjang Tahun 2021 ini saja, jumlah kemenangan yang telah disabet oleh Barra adalah; Juara 1 Kejuaraaan Taekwondo e-poomsae Piala KONI Jakarta Barat Open; Januari 2021. Juara III Poomsae Kejuaraan Taekwondo Action Indonesian Youth Student; Februari 2021. Juara III Poomsae International Biho championship; April 2021. Juara III Poomsae Pra Kadet Papua Open; Mei 2021. Juara III, Poomsae, Bandung International E-Poomsae; Juni 2021. Dan Juara III Poomsae Kejuaraan UNHAN RI, September 2021.
Pengalih Perhatian
Awalnya, Berlatih Taekwondo, adalah pengalihan perhatian, agar Barra tidak larut bermain game dan gadget. Sebagai seorang Ibu, Nasta mengaku khawatir dengan kegiatan si anak, yang mulai mengenal permainan game di gadget. “Saya takut akan kesehatan dan perkembangan mentalnya karena gadget nantinya. Jadi saya arahkan ke olahraga,” katanya.
“Saya bilang ini adalah killing time biar dia lupa sama gadget, meskipun nanti setelah Taekwondo dia akan bermain game,” tambahnya.
Namun lama kelamaan, Barra ternyata menjadi menekuni olahraga ini sebagai kegiatan yang menyenangkan, bahkan ia mulai serius dan berani mengikuti beberapa kejuaraan dan memenangkan beberapa perlombaan. Hal ini tentu menggembirakan bagi orangtuanya.
Intinya, menurut Nasta, sebagai orangtua, ia dan suami akan memberikan dukungan sepenuhnya untuk kemajuan Barra. Baik dalam bentuk moril atau pun finansial. “Apa pun yang terbaik bagi masa depan Bara, akan kami upayakan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Cedera
Barra bercerita, bahwa pertandingan pertama kali adalah yang terberat “Awal-awal di Bandung itu Barra merasa paling berat, soalnya lawannya lebih hebat dan berat”, jelasnya pada pekan lalu. Meski demikian, ia tidak pantang menyerah dan selalu berlatih, hingga akhirnya bisa menyabet kemenangan-kemenangan lainnya, setelah itu.
Perjalanan Barra di Taekwondo tak bisa dibilang mulus, beberapa bulan lalu, ia mengalami cidera. Tangannya patah, hingga harus mengalami operasi. Hal itu terjadi, saat menjalankan latihan dengan lawan tanding yang tidak sepadan.
Saat itu Nasta sempat berpikir, itu adalah akhir dari perjalanan Barra di Taekwondo. Ia menyarankan anaknya untuk berhenti. Namun keinginan tersebut batal, ketika melihat Barra masih tetap bersemangat untuk tetap menjalankan latihan. Ia hanya ingin beristirahat sebentar, hingga tangannya pulih.
Ingin Menjadi Dokter
Ditanya soal cita-cita, ketika ditemui di kediamannya belum lama ini, Barra mengaku ingin menjadi Dokter, seperti Ayahnya. Meski kegiatan berlatih Taekwondo, ia akui sebagai hal yang sulit untuk ditinggalkan.
Menurut Barra, Ayahnya adalah panutannya. Iya ingin seperti Ayah dan memiliki keahlian serta profesi seperti Ayahnya. (Exp-002)
Discussion about this post