EXPOSSE.COMIJAMBI – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jambi melakukan sosialisasi pengelolaan persampahan di 10 Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Jambi. Sosialisasi dilakukan untuk mewujudkan program Kampung Mantap Lingkungan Hidup dan mengedukasi masyarakat agar selalu menjaga lingkungannya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, DR. H. Varial Adhi Putra mengatakan, desa atau kelurahan yang disasar dalam program Kampung Mantap ini adalah desa yang berada dipinggiran sungai. Alasannya, karena prilaku masyarakatnya masih membuang sampah ke sungai
Disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, Varial Adhi Putra, pihaknya optimis program Kampung Mantap ini bisa mengubah prilaku masyarakat agar tidak buang sampah ke sungai berhasil. Asalkan program ini digarap bersama-sama stakeholders Pemerintahan Provinsi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Pemerintah Kota (Pemkot) hingga Pemerintah Desa (Pemdes), Kelurahan, Universitas dan LSM.
“Gerakan kampung mantap lingkungan hidup dapat berkembang dengan baik jika didukung semua pihak dan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri”, ucapnya pada Jumat (16/6).
Varial juga menjelaskan bahwa, semua wilayah yang dibina tahun ini sangat terganggu dengan prilaku buang sampah ke sungai, sebab ketika banjir atau air naik, semua sampah kembali ke pemukiman. Namun warga minta dibantu dengan sarana dan prasarana serta pelatihan agar bank sampah mereka bisa berkembang.
“Tahun 2022 lalu ada 22 desa yang digarap menjadi kampung mantap. Dan Tahun 2023 ada 33 Desa meliputi 22 Desa digarap oleh DLH dan 11 Desa digarap oleh perusahaan. Jadi totalnya 33 desa”, jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengendali Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jambi, DR. Asnelly Ridha Daulay, mengungkapkan terkait sosialisasi pengelolaan persampahan itu disamput antusias oleh masyarakat, karena memang mereka menghadapi masalah penanggulangan sampah. Persoalan selama ini, sampah dibuang warga ke laut, ketika air pasang sampahnya malah mendarat lagi ke daratan terutama datarannya lebih rendah. Selain itu, tidak adanya TPS 3R dan Bank Sampah di Desa.
“Kita sampaikan konsep 3R, Reduce,Reuse, dan Recycle kepada warga. Kita minta sampah itu dikelola dulu dirumah tangga, misalnya sampah dapur dijadikan kompos, sampah plastik dipilah-pilah, yang punya nilai dikumpulkan kemudian dijual sehingga yang diambil oleh petugas kebersihan sampahnya tinggal sedikit. Selama ini konsep mereka semua sampah diserahkan ke petugas kebersihan akibatnya kalau ada petugas sakit sampah jadi numpuk, belum lagi masalah iuran dan sebagainya”, ungkapnya.
Selain sosialisasi soal sampah, DLH juga memberikan bibit pohon untuk ditanam di bibir sungai untuk mencegah abrasi dan menghindari sampah dari laut masuk.
“Kami juga meminta mereka untuk membuat peraturan desa dan peraturan adat di kelurahan yang mengatur prilaku warga agar tidak membuang sampah ke Sungai atau laut tapi sampah dikelola dulu dirumah tangga”, imbuhnya.
Menurut Asnelly, setelah sosialisasi nanti warga akan dibimbing oleh koordinator lapangan yang ditunjuk oleh DLH.
“Masing-masing desa ada dua orang yang kami tunjuk untuk melakukan kunjungan dan supervisi ke Kampung Mantap dan DLH Jambi setiap tiga bulan sekali akan melihat ke lapangan sejauhmana program itu bberjalan”, tutupnya.
Adapun sosialisasi yang dilaksanakan di desa yang terletak di Kabupaten Bungo, yang mana daerah tersebut masyarakat begitu antusiasme bertanya serta berdiskusi terkait pengelolaan sampah.
Untuk diketahui desa di Bungo mayoritasnya adalah penghasil Sale Pisang. Dimana limbah sampah kulit pisang hampir ada di setiap rumah.
Dengan banyaknya kulit pisang masyarakat pun mengelola kulit pisang menjadi bermanfaat melalui pupuk kompos. Dengan proses pupuk kompos secara sederhana namun mampu menghasilkan pupuk berkualitas. Serta pada proses pembuatan nya tidak menghasilkan bau dan tetap menciptakan lingkungan yang sehat. (*/EXP)
Discussion about this post