EXPOSSE.COMIKELANTAN—Pesta Filem Kota Bharu 2025 menjadi panggung istimewa bagi perfilman daerah, dengan hadirnya program “Return to Jambi” yang mempersembahkan tujuh film lokal bernuansa budaya Jambi. Program ini digelar pada 5 hingga 7 September 2025 di Kota Bharu, Malaysia.
Adapun tujuh film yang ditayangkan yakni: Sang Abaty, Saudara Kembar Buaya, Bunga Tanpa Lebah, The Assignment, Meja Makan, Rasanya Rindu, serta Tipu Aku Sekali Lagi. Deretan karya ini menghadirkan narasi kuat seputar tradisi, kisah lokal, dan kehidupan masyarakat Jambi yang autentik.
Hadir dalam kesempatan tersebut dua tokoh perfilman Jambi, Husni Turion dan Rachmat Hidayat, yang dikenal aktif mendorong perkembangan film daerah. Menurut mereka, partisipasi Jambi dalam festival ini bukan sekadar ruang tontonan, melainkan langkah strategis untuk memperluas jejaring internasional dan meningkatkan apresiasi publik terhadap film lokal.
“Sangat bersyukur sekali film Jambi bisa dikenal luas di Malaysia. Bahkan respon penonton sangat antusias karena mereka merasa dekat, sebab sama-sama Melayu. Sebelumnya, mereka tahunya film Indonesia hanya Jawa,” ujar Husni Turion.
Sementara itu, sutradara Malaysia Meghat Sharizal turut memberikan apresiasi tinggi terhadap kiprah sineas Jambi.
“Respect pada mereka ini yang gigih membina komunitas filem di Jambi. Harap akan sampai di sana satu hari nanti, dan mungkin dapat membuat perkara yang sama di Malaysia,” ucapnya.
Pernyataan Sharizal tersebut dimaknai sebagai bentuk penghormatan terhadap semangat komunitas film di Jambi. Ia berharap ke depan dapat terjalin kolaborasi yang memperkuat hubungan budaya kedua negara.
Kesan positif juga datang dari Emma Bautch, salah satu pengunjung asal Australia, mengaku terkesan dengan Saudara Kembar Buaya atau The Twin Human of Crocodile.
“Ini sangat menarik. Kalau di tempat lain buaya selalu digambarkan menakutkan, tetapi di film ini justru menceritakan bagaimana buaya dan manusia bisa hidup secara harmoni. Saya harap bisa menonton film-film Jambi lainnya di tahun depan,” tuturnya.
Program “Return to Jambi” pun hadir bukan hanya sebagai agenda festival, melainkan jembatan budaya yang menunjukkan betapa kayanya narasi dan tradisi dari tanah Jambi. Kehadirannya di Malaysia diharapkan mampu membuka pintu lebih lebar bagi kolaborasi film lintas negara di masa mendatang.(EXP-001)











Discussion about this post