EXPOSSE.COMI JAMBI– Maraknya kasus kekerasan dan penganiayaan terhadap perempuan, mulai dari pelecehan terhadap perempuan hingga kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT).
KDRT tak bisa dianggap masalah sepele, apalagi di tengah Pandemi Covid-19. Meskipun keadaan saat ini mulai membaik, tetapi Long Impact atau dampak dari covid belum sepenuhnya terselesaikan.
Menjawab persoalan KDRT, Aktifis perempuan, Founder Beranda Perempuan dan Juru Bicara Save Our Sister’s Jambi, Zubaidah, menjelaskan secara eksklusif kepada Exposse pada Sabtu (9/4). Ia mengatakan, keadaan ekonomi mempengaruhi. Lonjakan kasus dalam relasi personal, karena perubahan sosial ekonomi. Himpitan ekonomi berujung pada tekanan Psikologis atau bisa menyebabkan Stressing pada pasangan.
“Sehingga ada beban dan kerentanan baru yang dihadapi perempun untuk membimbing anak belajar daring, sehingga hal tersebut menjadi masalah yang timbul. Belum lagi keadaan ekonomi belum pulih, harga bahan pokok naik, kebutuhan hidup naik “, jelasnya.
Sementara pola hubungan suami-istri tak banyak berubah. Dominan pada hubungan yang patriarkhis yaitu menempatkan perempuan pada tanggungjawab penuh dalam ranah domestik, distribusi pekerjaan sehingga semua pekerjaan menumpuk pada perempuan (double burdon).
Maksud dari Hubungan Patriakhis, ia menjelaskan Pekerjaan Domestik dan Pengasuhan menjadi tanggungjawab perempuan. dan dianggap sebagai sebuah ketetapan. Jadi laki-laki menanggap hal itu bukan pekerjaan laki-laki. meski, laki laki selama pandemi banyak dirumah. Jadi tidak ada sharing pekerjaan. Sehingga pekerjaan semakin menumpuk pada perempuan. ini menjadi akar munculnya gangguan mental dan memicu kerentanan pada perempuan.
Pencegahan untuk KDRT Ida mengatakan pemerintah harus ikut andil dalam persoalan ini, mulai Pemerintah harus memperluas layanan dan fasilitas yang mudah di Jangkau oleh Korban.
“Layanan menjemput bola sesuai amanah Undang-Undang, kedua ini Mempromosikan Kerja yang adil didalam rumah tangga, memberikanPendidikan Luas dan sosialiasi UU KDRT”, imbuhnya.
Selain itu, di tengah keadaan ekonomi yang serba naik ia menyarankan untuk segera Pemerintah memberikan harga yang stabil, memberikan ruang untuk perempuan bekerja dengan layak.
“Jika, harga naik, turunkan harga, beri akses pekerjaan yang layak pada perempuan .Saran saya sih penekanan untik lebih tingkatkan layanan. Jika beban menumpuk pada perempuan dan suami mereka gak mau diajak kompromi”, ujarnya.
Ia menilai nasehat perkawinan itu hanya Ilusi sesaat. Pada akhirnya, nasehat itu akan sulit dijalankan jika apa apa mereka sulit , sulit mencari makan dengan harus kerja sehinggakurang waktu untuk bersama dengan anak.
Sementara itu perihal kekerasan yang dialami perempuan seperti pelecehan perempuan, ida mengatakan sebagai perempuan mempelajari bentuk-bentuk pelecehan perempuan dan juga pelajari hak- hak sebagai perempuan.
Menurutnya jika terjadi pelecehan tidak bisa langsung menyalahkan korban.
“Kita tidak bisa menyalahkan korban, karena tidak mudah untuk meraka berani speak up jika support system nya belum terbangun. Jadi, selaku perempuan kita harus membantu korban dengan cara saling mendukung”, tambahnya.
Sebagai penutup ia mengatakan para pelaku kekerasa terhadap perempuan di beri hukuman setimpal serta mampu memberikan efek jera. (Exp-002)
Discussion about this post