EXPOSSE.COMIJAMBI – Semangat menjaga kebersihan lingkungan kini mulai tumbuh kuat di kalangan anak muda Jambi. Melalui aksi nyata dan kolaborasi lintas komunitas, kesadaran bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama mulai digerakkan dari hal sederhana: kesadaran diri.
Dalam kegiatan Diskusi Aksi Kolektif Pemuda untuk Pengelolaan Sampah Inklusif dan Adaptif terhadap Perubahan Iklim yang digelar pada Selasa (7/10/2025), Wakil Wali Kota Jambi Diza Hazra mendorong agar generasi muda menjadi motor penggerak perubahan dalam pengelolaan sampah.
“Kesadaran akan sampah sebagai tanggung jawab pribadi, apalagi di kalangan anak muda, memang harus dilakukan. Apalagi lewat komunitas, semangatnya bisa sama-sama bergerak agar lingkungan kita makin bersih,” ujar Diza.
Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah Kota Jambi terus berupaya memperkuat edukasi tentang pengelolaan sampah organik dan nonorganik, supaya masyarakat bisa memilah dan mengolah sampah sejak dari rumah.
“Kami berharap anak muda bisa jadi agen perubahan dalam hal ini. Dari mereka, gerakan peduli lingkungan bisa tumbuh lebih cepat dan jadi budaya,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Nurbaya Zulhakim, Direktur Setara Jambi, yang akrab disapa Kak Baya. Ia mengatakan, selama ini masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa sampah adalah tanggung jawab pemerintah.
“Banyak yang masih beranggapan sampah itu urusan Dinas Lingkungan Hidup. Padahal, setiap orang bertanggung jawab atas sampahnya sendiri. Kalau semua berpikir begitu, kapan selesainya masalah ini?” katanya.
Pada kegiatan tersebut juga ada sekitar 14 komunitas lingkungan yang ikut untuk menyebarkan gerakan sadar sampah di berbagai kalangan mulai dari kampus, tempat kerja, hingga lingkungan tempat tinggal.
Kak Baya bercerita, perhatiannya pada isu sampah berawal dari rasa penasaran saat berkunjung ke tempat pembuangan akhir (TPA).
“Saya lihat langsung tumpukan sampah datang tanpa dipilah. Dari situ saya bertanya ke diri sendiri, kenapa semua harus berakhir di TPA? Kenapa kita tidak mulai memilah dari rumah?” tuturnya.
Faktanya, setiap hari Kota Jambi menghasilkan 350 hingga 400 ton sampah. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya perubahan perilaku di masyarakat.
Karena itu, Setara Jambi mulai menerapkan langkah kecil tapi berdampak besar: tidak lagi menggunakan botol minum sekali pakai dalam setiap kegiatannya.
Mereka menyediakan galon dan gelas, sementara peserta membawa tumbler masing-masing. Langkah sederhana ini terbukti mengurangi jumlah sampah plastik di setiap kegiatan.
Diskusi tersebut juga dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi, komunitas lingkungan, serta mahasiswa yang ikut berbagi ide dan pengalaman. Semua sepakat bahwa perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dengan langkah kecil namun konsisten.
Gerakan ini menjadi bukti bahwa anak muda Jambi tidak hanya peduli, tapi juga mau turun tangan langsung. Mereka percaya, menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan panggilan untuk menciptakan masa depan kota yang lebih bersih dan sehat.
Acara ditutup dengan pengumuman pemenang lomba “Edukasi Video: Sampahmu Tanggung Jawabmu”, Tujuannya sederhana namun bermakna menanamkan kesadaran kepada generasi muda bahwa menjaga kebersihan kota bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab setiap individu.(IMG)
Discussion about this post