EXPOSSE.COM | JAMBI – Walikota Jambi, Syarif Fasha menghimbau agar semua tenaga medis dan Rumah Sakit (RS) yang ada di Kota Jambi untuk tidak takut dan bersungguh-sungguh merawat semua pasien Covid-19 yang ada di semua RS di Kota tersebut. Karena hal itu akan menentukan tingkat kecepatan pemulihan pasien yang menjalani perawatan.
Hal ini diungkapkan oleh Fasha berkali-kali, dalam Rapat Koordinasi bersama 17 Rumah Sakit (RS) milik pemerintah dan swasta yang ada di Kota Jambi, termasuk RS Raden Mataher, di Mako Pemadam Kebakaran Kota Jambi, Rabu, (16/12).
Rapat Koordinasi ini diselenggarakan untuk memastikan, agar seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan Covid-19 di Kota Jambi, Jambi tetap siaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, agar bisa memberikan perawatan dan tingkat penyembuhan maksimal terhadap pasien yang ada di Kota Jambi.
Dalam Rapat tersebut, dibahas hal-hal teknis soal penanganan manajemen, ketersediaan prasarana dan peralatan yang dibutuhkan oleh masing-masing RS yang ada di Kota Jambi. Dari pertemuan ini diketahui RS mana yang masih membutuhkan peralatan dan tempat tidur tambahan, atau pun peralatan perawatan lainnya.
Namun pada umumnya, semua RS di Kota Jambi tidak mengalami kendala yang cukup berarti, semua menyatakan telah melakukan pelayanan dengan maksimal dan mempersiapkan peralatan dan ruang perawatan yang memadaisesuai dengan kondisi jumlah pasien yang membludak beberapa waktu belakangan ini.
Sementara itu, terkait lokasi pemakaman korban Covid-19 di Jambi, dinilai masih cukup memadai di Pusara Agung untuk muslim. Sementara untuk Non muslim terdapat di Bumi Langgeng, Kabupaten Muarojambi. Pada Pusara Agung sendiri, hingga saat ini telah dimakamkan sebanyak lebih dari 30 jenazah pasien Covid-19.
Namun ada persoalan kesalahan administrasi yang terjadi, dimana di dalam catatat administrasi petugas, hanya lima jenazah yang tercatat dimakamkan di lokasi tersebut.
“Ke depan tidak boleh lagi seperti ini, pihak Rumah Sakit harus cepat melapor ke Satgas Covid-19, siapapun yang meninggal. Apabila ada yang meninggal dan meminta dimakamkan oleh petugas covid-19 Kota, maka petugas kota saya perintahkan untuk tidak memakamkannya dulu, perjelas dulu administrasinya, Agar tidak simpang siur,” katanya.
Tidak singkronnya pendataan tersebut, menurut Syarif Fasha disebabkan karena Pemkot tidak boleh mengumumkan jumlah pasien yang meninggal dan harus terlebih dahulu diumumkan oleh Satgas Provinsi.
Menurut Syarif Fasha, pihaknya merasa heran, kenapa Satgas Provinsi tidak mengumpulkan data pasien yang meninggal dengan tepat. Padahal jumlah pasien yang dimakamkan sudah berpuluh jumlahnya.
“Contohnya di Kota Jambi sudah 53 pasien yang dimakamkan dan 35 yang konfirmasi positif meninggal. Seharusnya yang meninggal 35 jenazah yang dilaporkan tetapi ini hanya 5 jenazah yang dilaporkan,” bebernya. (uni)
Discussion about this post